Monday, March 19, 2018

Fostering knowledge management through the creative work environment a portable model from the advertising industry


Dalam penciptaan pengetahuan di suatu perusahaan, membangun komunitas praktik dan mendorong orang-orang untuk membentuk jejaring sosial untuk menyebarkan informasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam rangka menumbuhkan kreativitas dan inovasi. Dapat dikatakan bahwa untuk mengeksploitasi pengetahuan dan membangun komunitas praktik yang efektif, perlu adanya lingkungan kerja yang mendorong adanya peningkatan dalam hal berbagi informasi, kreativitas dan inovasi. Pendekatan utama dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi persepsi manajemen senior terhadap faktor positif dan negatif yang mendorong atau menghalangi lingkungan kerja. Model konseptual yang dirancang oleh Amabile dkk. digunakan sebagai kerangka kerja untuk serangkaian wawancara kualitatif dengan manajer senior di industri periklanan di Inggris. Penelitian ini menemukan bahwa biro iklan di Inggris diatur oleh perilaku yang memungkinkan mereka untuk memperkuat dimensi kerja yang mendorong lingkungan kerja sosial / kreatif sehingga secara efektif akan memanfaatkan pengetahuan secara eksplisit. Faktor-faktor yang biasanya menghambat lingkungan kerja yang kreatif dalam sebuah organisasi,  merupakan hal yang langka untuk ditemukan di lembaga-lembaga ini. Temuan ini mendukung argumen bahwa industri yang sangat kreatif ini meniru praktik terbaik dan dapat digunakan sebagai patokan untuk organisasi lain. Namun, perlu diketahui bahwa industri periklanan mungkin lebih dapat diterapkan sebagai patokan untuk industri berbasis layanan dan organisasi berbasis pengetahuan lainnya, terutama di era ekonomi yang baru, dan bukan untuk industri berorientasi produksi besar.

Link : Jurnal

Sustainable Enterprise Resource Planning : Imperatives and Research Directions



Dunia mengalami permasalahan dalam pengintegrasian fungsi bisnis berkelanjutan. Data terkait proses berkelanjutan tidak cukup terintegrasi dan digunakan dalam pengambilan keputusan. Untuk menyelesaikan permasalahan ini. Perusahaan membutuhkan sistem informasi untuk memfasilitasi inisiatif yang berkelanjutan. Dalam penelitian ini telah diajukan Sustainable Enterprise Resource Planning (S-ERP) system sebagai solusi dalam rangka mendukung inisiatif berkelanjutan. Jurnal ini membahas tentang pentingnya S-ERP dan menyediakan panduan untuk riset kedepannya bagi para peneliti. Dua cakupan area untuk penelitian adalah – ERP dan keberlanjutannya, untuk menemukan bagaimana akademisi dan praktisi menyelesaikan masalah terkait integrasi dan keberlanjutan. Daur hidup sistem S-ERP dan mengidentifikasi enam proses, yaitu ; konsep, desain sistem, pra-implementasi, implementasi, pasca-implementasi, dan ekstensi sistem yang telah didefinisikan. Mereka membedakan tema penelitian berdasarkan dari proses-proses yang ada. Sistem S-ERP diharapkan mampu menjadi solusi yang menjanjikan untuk permasalahan  pengintegrasian secara berkelanjutan; namun, para peneliti akademis perlu untuk mengambil arah tertentu dalam membantu perusahaan untuk menyelesaikan permasalahan bisnis mereka.
Link : Jurnal

Customer Lifetime Value as The 21st Century Marketing Strategy Approach



Banyak penelitian menunjukkan bahwa pemasaran baru saja kehilangan posisi strategisnya di dalam perusahaan. Customer Lifetime Value (CLV) merupakan pendekatan yang relatif baru untuk membangun kembali posisi pemasaran sebagai instrumen manajemen inti di perusahaan yang didorong oleh rekasi pasar. Tujuan utamadari pembuatan  makalah ini adalah untuk merangkum perkembangan dan prinsip dasar model konseptual Customer Lifetime Value, yang menetapkan pelanggan sebagai aset utama perusahaan. Makalah ini menyajikan temuan yang membuktikan perlunya perubahan fokus pemasaran agar dapat menjaga  hubungan ke pelanggan dengan baik dan menjamin pengembangan berkelanjutan jangka panjang perusahaan.


Link : https://cebr.vse.cz/artkey/cbr-201402-0005_Customer-Lifetime-Value-as-the-21st-Century-Marketing-Strategy-Approach.php

Determinant Factors of E-commerce Adoption by SMEs in Developing Country : Evidence from Indonesia



Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi faktor-faktor yang mempengaruhi UKM di negara berkembang dalam permasalahan untuk mengadopsi e-commerce. Penelitian ini dilandaskan berdasarkan fakta bahwa pengadaptasian e-commerce pada UKM terutama di negara berkembang, masih sangat tertinggal bila dibandingkan dengan perusahaan besar. Dan untuk mampu beradaptasi di keadaan era ekonomi sekarang, yaitu era informasi; bisnis, termasuk UKM diharuskan untuk mampu mengadopsi sistem e-commerce. Pihak yang tidak mengambil bagian akan tertinggal. Dan sebagai faktor tambahan, penelitian mengenai pengadaptasian e-commerce bagi UKM masih sangat jarang ditemukan. Oleh karena itu, hasil dari penelitian ini adalah untuk memberikan pengetahuan mengenai pengadopsian e-commerce oleh UKM di negara berkembang.
Model yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan dari TOE framework. 11 variabel diajukan sebagai faktor yang mempengaruhi UKM dalam pengadopsian e-commerce/ Faktor tersebut kemudian dikategorikan menjadi empat bagian, yaitu ; faktor teknologi, faktor organisasi, faktor lingkungan, dan faktor individual. Berdasarkan survey dari 292 UKM di Indonesia, kami menemukan bahwa harapan keuntungan, kesiapan teknologi, inovasi dari pemilik UKM, dan kemampuan IT serta pengalaman IT pemilik UKM adalah faktor penting yang mempengaruhi dalam proses pengadopsian e-commerce oleh UKM di Indonesia.
Link : https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042815039026

Information systems use as strategy practice: A multi-dimensional view of strategic information system and implementation view




Sistem informasi (SI) adalah suatu cara unutk merealisasikan tujuan dari suatu strategi. Namun, walaupun banyak yang telah membahas mengenain penyelarasan SI dengan tujuan strategis dan bagaimana cara untuk menerapkan suatu sistem yang telah diselaraskan secara secara strategis, namun masih ada kurangnya pemahaman mengeanai mengaplikasikan perubahan strategis yang disesuaikan dengan sistem yang digunakan – suatu tantangan yang benar-benar besar dalam pengimplementasian SI secara strategis. Dengan memanfaatkan perspektif strategy-as-practice, kami mengatasi kesenjangan ini dengan mengembangkan pandangan multi-dimensi mengenai strategi SI, mengkonseptualisasikan tiga tantangan utama dalam proses strategi SI, untuk menjelaskan bagaimana dan mengapa sebuah pabrik kertas, walaupun berhasil menerapkan sistem manajemen produksi strategis, tetapi mereka tetap gagal untuk menghasilkan tujuan dari perubahan strategis yang diinginkan. Kami menyebut hasil ini sebagai kebutaan strategi: ketidakmampuan organisasi untuk mewujudkan maksud dari strategi yang telah diimplementasikan, dengan menggunakan sistem yang tersedia. Dengan menggunakan studi kasus, kami menyelidiki bagaimana kekakuan kognitif pihak yang terkait dan kegiatan yang tetap, dan saling terkait yang membentuk penerapan dari sistem produksi yang baru. Kami juga mengidentifikasi komponen utama yang membentuk tampilan multi-dimensi yang lebih kaya dalam proses implementasi strategi (penyelarasan) SI. Secara khusus, kami mengidentifikasi tiga faktor penting yang berkontribusi terhadap kebutaan strategi - penyimpangan maksud, fleksibilitas artefak TI dan penguatan kognitif - dan kami mendiskusikan bagaimana pengaruhnya terhadap proses penerapan strategis. Kami menyimpulkan dengan membahas implikasi dari temuan kami untuk teori dan praktik strategi SI, terutama kontribusi strategy-as-practice terhadap penelitian di area ini.

Link : https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0963868714000055

Fostering knowledge management through the creative work environment a portable model from the advertising industry

Dalam penciptaan pengetahuan di suatu perusahaan, membangun komunitas praktik dan mendorong orang-orang untuk membentuk jejaring sosial...